Rabu, 29 Oktober 2008

KUNJUNGAN KE SEKOLAH INDONESIA DI MIGARO JEPANG


Kesan pertama masuk kawasan sekolah ini adalah beda banget dengan sekolah milik Jepang. Sekolah ini sederhana dan tidak beda dengan sekolah kebanyakan di Indonesia. Bahkan dibanding dengan SMK Negeri 1 Jember sekolah dimana saya bekerja dilihat dari fisiknya masih kalah. Sekolah ini bukan sekolah negeri murni sebab bantuan dari pemerintah jarang didapat kalau dapatpun jumlahnya sangat kecil Karena dana bantuan dengan standar uang rupiah bukan standar Yen. Jumlah seluruh siswa TK sampai SMA hanya 76 orang terdiri dari putra-putra warga negara Indonesia yang berdomisili di Jepang, bisnismen, pedagang, pegawai pabrik termasuk putra pejabat keduataan Indonesia di Jepang. Yang membanggakan sekolah ini adalah membawa misi memperkenalkan dan mempertahankan kebudayaan Indonesia bagi anak-anak Indonesia dan bagi warga negara Jepang. Sekolah ini sering kerja sama dengan Kedutaan Indonesia di Jepang dalam misi budaya.

Yang berhasil ditanamkan disini adalah budaya disiplin, kebersamaan, kejujuran . Mengenai kurikulum pembelajaran menggunakan kurikulum 2004 dan kealas 1 kurikulum KTSP seperti di Indonesia. Prestasi akademis Matematika dan Bahasa Indonesia level menengah kebawah, Pelajaran Bahasa Asing Inggris dan Jepang nilainya bagus. Prestasi non akademis banyak diperoleh dari Event lomba tahunan antar sekolah Indonesia di luar negeri sedunia dan event tertentu lomba dengan siswa dari sekolah Jepang. Di Jepang tidak ada kalah dan menang dalam lomba, semua mendapatkan penghargaan. Gurunya kebanyakan orang Indonesia dari jawa barat, jawa tengan dan sumatra, ada satu guru bahasa Inggris dari Australia.

Rata-rata siswa dan guru disekolah ini bisa berkomunikasi menggunakan tiga bahasa yaitu antar teman dari Indonesia berbahasa Indonesia, dengan siswa Jepang mereka berbahasa Jepang, dengan teman siswa dari eropa dan Amerika mereka berbicara dengan bahasa Inggris. Sehabis kunjungan keskolah ini kami makan siang disebuah restoran sederhana dengan menu khas Indonesia (sambel trasi, soto, pecel, gado-gado, rawon). Memang juru masaknya adalah keluarga dari Jogya yang diboyong ke Jepang oleh orang jepang pemilik restoran. Namun Rasa masakan dan ramuan bahan-bahan tidak sama persis dengan di Indonesia hal itu karena ada beberapa bahan bumbu dan bahan masakan sulit didapatkan di Jepang, Kalau belanja di Indonesia barang kali sulit dan mahal biayanya. Dengan makan disini terobatilah kerinduan kami dengan Indonesia khususnya selera makan. Orang-orang yang makan di restoran ini kebanyakan orang Indonesia dan orang Jepang yang umurnya sudah tua-tua.

Kegiatan kunjungan berikutnya masih hari ini kamis 28 Pebruari 2008, adalah ke Nippon Technology Colledge atau Nippon Engineering. Program keahlian disini mempunyai 5 program yakni Creator Music, Information Technologi, Technology, Medical, Sport. Kesan pertama adalah sama waktu ke Institut Of Tourism, alaaa mak megah, luas, rapi, bersih, menarik buanget kampusnya. Mahasiswa belajar di bengkel masing-masisng dibawah bimbingan Dosen. Mahasiswa berkonsultasi secara individual atau kelompok kecil terhadap dosen tertentu bila ada kesulitan. Ada 2 orang mahasiswa dari Indonesia disini asli dari Jakarta mereka ambil program Technologi dan yang satunya Broad cash, sambil kuliah yang hampir selesai dua mahasiswa dari Indonesia ini bekerja untuk tambahan uang kuliah karena bea siswa yang diberikan oleh Pemerintah Jepang pas-pasan.

Bagi siswa Indonesia yang ingin kuliah di Jepang bisa mengajukan bea siswa ke kedutaan Jepang terus di tes utamanya Bahasa Jepang. Saya tanya setelah lulus nanti you kerja di Jepang atau pulang ke Indonesia jawabnya “Terserah pemerintah Jepang, biasanya kerja dulu disini 2 tahun baru boleh pulang”. Bila boleh pilih you pilih mana pulang atau kerja di Jepang, jawabnya “ cari kerja di sini dulu, karena gajinya jauh lebih besar dibanding di Indonesia” Sebetulnya pilihan mahasiswa ini tidak salah karena dia lebih mudah cari pekerjaan di Jepang, tetapi menurut saya bila dia pulang dan mengembangkan menularkan pengetahuan, keahlain dan bakatnya kepada siswa di Indonesia maka hasilnya jauh lebih baik bagi bangsa Indonesia.

Konon di Colledge ini tahun 2007 pernah ditempati lomba Asian skill untuk Technologi tingkat SMK termasuk pesertanya dari Indonesia. Sambil pulang ke hotel kami lihat dari kejahuan Tokyo Tower itu tidak semegah tugu monas, rancangan bangunannya seperti tiang antena milik telkom di Indonesia itu loo, kerangka Tower itu dibuat dari besi dicat merah bata tingginya 333 m dan disekitarnya ada taman sebagai penghias.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ternyata di jepang ada sekolah indonesia toh... tck tck
ngapain buka sekolah indonesia di jepang yah?