Rabu, 29 Oktober 2008

SAYONARA JEPANG

Tibalah saatnya kami pulang ke Indonesia setelah 5 hari studi banding di seputaran Tokyo Jepang. Jam 7 pagi kami cek out dari hotel “Crown Plaza” Metropolitan Tokyo dengan diantar bus seian kanko yaitu bus yang menjemput kami pertama kali dating dari Indonesia 5 hari lalu. Ketua rombongan ibu ITA dari Direktorat PMK Jakarta memberikan kenang-kenangan kepada pak sopir bus dan Grace gaet setia sebelum kami masuk ruang tunggu keberangkatan pesawat, sayonara sahabat terima kasih atas bantuan dan segala servise selama kami di Jepang.

Di bandara Narita Jepang kami diperiksa dengan teliti dua kali di pintu pertama surat-surat, dan barang-barang bawaan, kami semua lolos disitu. Kemudian di pintu kedua diperiksa lagi barang barang bawaan beberapa teman bermasalah misalnya tidak boleh bawa korek api, tidak boleh bawa barang cair seperti minuman, kecap saos harus ditinggal, lolos dari situ baru boleh memasukkan bagasi barang bawaan, koper yang berat-berat. Beda banget dengan kalau penerbangan domestic di Indonesia, yang saya kawatir adalah seperti kejadian di film-film yaitu bila tanpa sepengetahuan kita tas koper kita dititipi barang terlarang, trus begitu kita turun dari pesawat tas kita sudah hilang atau tahu-tahu kita ditangkap. Alhamdulillah semua itu tidak terjadi pada teman serombongan kami. Tidak ada hal-hal yang istimewa selama penerbangan semuanya lancar-lancar saja sampai JAL mendarat di Sukarno Hatta Jakarta.
Begitu turun dari JAL jam 8 malam aku bergegas cari tiket ke Surabaya, dapat tiket Garuda ekonomi akupun terbang bersamanya. Untuk Ke Jember masih harus naik bus biasa sekitar 6 jam akhirnya jam 03.00 pagi sampai dirumah Alhamdulillah saya yang pergi dan pulang selamat, dan yang dirumahpun semuanya dalam lindungannya, kamipun berkumpul kembali dengan anak dan istri tercinta.

KUNJUNGAN KE SEKOLAH INDONESIA DI MIGARO JEPANG


Kesan pertama masuk kawasan sekolah ini adalah beda banget dengan sekolah milik Jepang. Sekolah ini sederhana dan tidak beda dengan sekolah kebanyakan di Indonesia. Bahkan dibanding dengan SMK Negeri 1 Jember sekolah dimana saya bekerja dilihat dari fisiknya masih kalah. Sekolah ini bukan sekolah negeri murni sebab bantuan dari pemerintah jarang didapat kalau dapatpun jumlahnya sangat kecil Karena dana bantuan dengan standar uang rupiah bukan standar Yen. Jumlah seluruh siswa TK sampai SMA hanya 76 orang terdiri dari putra-putra warga negara Indonesia yang berdomisili di Jepang, bisnismen, pedagang, pegawai pabrik termasuk putra pejabat keduataan Indonesia di Jepang. Yang membanggakan sekolah ini adalah membawa misi memperkenalkan dan mempertahankan kebudayaan Indonesia bagi anak-anak Indonesia dan bagi warga negara Jepang. Sekolah ini sering kerja sama dengan Kedutaan Indonesia di Jepang dalam misi budaya.

Yang berhasil ditanamkan disini adalah budaya disiplin, kebersamaan, kejujuran . Mengenai kurikulum pembelajaran menggunakan kurikulum 2004 dan kealas 1 kurikulum KTSP seperti di Indonesia. Prestasi akademis Matematika dan Bahasa Indonesia level menengah kebawah, Pelajaran Bahasa Asing Inggris dan Jepang nilainya bagus. Prestasi non akademis banyak diperoleh dari Event lomba tahunan antar sekolah Indonesia di luar negeri sedunia dan event tertentu lomba dengan siswa dari sekolah Jepang. Di Jepang tidak ada kalah dan menang dalam lomba, semua mendapatkan penghargaan. Gurunya kebanyakan orang Indonesia dari jawa barat, jawa tengan dan sumatra, ada satu guru bahasa Inggris dari Australia.

Rata-rata siswa dan guru disekolah ini bisa berkomunikasi menggunakan tiga bahasa yaitu antar teman dari Indonesia berbahasa Indonesia, dengan siswa Jepang mereka berbahasa Jepang, dengan teman siswa dari eropa dan Amerika mereka berbicara dengan bahasa Inggris. Sehabis kunjungan keskolah ini kami makan siang disebuah restoran sederhana dengan menu khas Indonesia (sambel trasi, soto, pecel, gado-gado, rawon). Memang juru masaknya adalah keluarga dari Jogya yang diboyong ke Jepang oleh orang jepang pemilik restoran. Namun Rasa masakan dan ramuan bahan-bahan tidak sama persis dengan di Indonesia hal itu karena ada beberapa bahan bumbu dan bahan masakan sulit didapatkan di Jepang, Kalau belanja di Indonesia barang kali sulit dan mahal biayanya. Dengan makan disini terobatilah kerinduan kami dengan Indonesia khususnya selera makan. Orang-orang yang makan di restoran ini kebanyakan orang Indonesia dan orang Jepang yang umurnya sudah tua-tua.

Kegiatan kunjungan berikutnya masih hari ini kamis 28 Pebruari 2008, adalah ke Nippon Technology Colledge atau Nippon Engineering. Program keahlian disini mempunyai 5 program yakni Creator Music, Information Technologi, Technology, Medical, Sport. Kesan pertama adalah sama waktu ke Institut Of Tourism, alaaa mak megah, luas, rapi, bersih, menarik buanget kampusnya. Mahasiswa belajar di bengkel masing-masisng dibawah bimbingan Dosen. Mahasiswa berkonsultasi secara individual atau kelompok kecil terhadap dosen tertentu bila ada kesulitan. Ada 2 orang mahasiswa dari Indonesia disini asli dari Jakarta mereka ambil program Technologi dan yang satunya Broad cash, sambil kuliah yang hampir selesai dua mahasiswa dari Indonesia ini bekerja untuk tambahan uang kuliah karena bea siswa yang diberikan oleh Pemerintah Jepang pas-pasan.

Bagi siswa Indonesia yang ingin kuliah di Jepang bisa mengajukan bea siswa ke kedutaan Jepang terus di tes utamanya Bahasa Jepang. Saya tanya setelah lulus nanti you kerja di Jepang atau pulang ke Indonesia jawabnya “Terserah pemerintah Jepang, biasanya kerja dulu disini 2 tahun baru boleh pulang”. Bila boleh pilih you pilih mana pulang atau kerja di Jepang, jawabnya “ cari kerja di sini dulu, karena gajinya jauh lebih besar dibanding di Indonesia” Sebetulnya pilihan mahasiswa ini tidak salah karena dia lebih mudah cari pekerjaan di Jepang, tetapi menurut saya bila dia pulang dan mengembangkan menularkan pengetahuan, keahlain dan bakatnya kepada siswa di Indonesia maka hasilnya jauh lebih baik bagi bangsa Indonesia.

Konon di Colledge ini tahun 2007 pernah ditempati lomba Asian skill untuk Technologi tingkat SMK termasuk pesertanya dari Indonesia. Sambil pulang ke hotel kami lihat dari kejahuan Tokyo Tower itu tidak semegah tugu monas, rancangan bangunannya seperti tiang antena milik telkom di Indonesia itu loo, kerangka Tower itu dibuat dari besi dicat merah bata tingginya 333 m dan disekitarnya ada taman sebagai penghias.

Senin, 06 Oktober 2008

ULTAH 19 TAHUN

Oleh Sunyoto, S.Sos.


Tawa dari mulut lucumu
gerak lincah dan manjamu
cemberut merajut dikala marahmu
bersimpuh Patuh tulusmu
itulah masa kecilmu
semuanya membahagiakanku

Angka sembilan belas di kue tarmu
menandai kedewasaanmu
sayang semua itu tak lagi ada padamu
mungkin terlalu tua untuk mengertimu
do’a prihatin sedihku tak mampu
menghaluskan nuranimu

Bagaimanapun Kau tetap sanjungan jiwaku
andai nanti telah habis waktuku
tak bisa lagi membimbingmu
kumau kau berjalan diterangi lima waktu
berharap bahagia dunia akhiratmu

Baratan Jember, 28 September 2007.