Sabtu, 18 Juni 2011

SEBUAH PEMBENARAN DIRI

Yang jelas menurut aturan sekolah, salah satu kewajiban siswa adalah membayar keuangan sekolah setiap bulan paling lambat tanggal 10. Salah satu hak siswa adalah menerima pembelajaran. Bagi sebagian besar siswa tidak mampu diberikan bea siswa Bantuan untuk Siswa Miskin, Bea siswa berprestasi Supersemar, bantuan biaya dari GN OTA.

Yang terjadi adalah hal itu dilanggar sehingga akhir semester atau akhir tahun menumpuk hutang pada sekolah. Sebetulnya ini merupakan salah satu wujud toleransi sekolah memberi kelonggaran kepada orang tua. Berbagai alasan dikemukakan demi pembenaran diri (kemiskinan. pengangguran, sakit, musibah, penagihan kreditur lain dsb) akhirnya kepentingan sekolah dikorbankan.

Padahal sekolah mempunyai program yang harus diselesaikan sesuai jadwal, mereka tidak mau tahu pokoknya sekolah salah, tidak boleh melakukan tindak sewenang-wenang terhadap orang kecil. Tiba-tiba juga beberapa wartawan media massa hadir di sekolah, entah siapa yang memberi tahu mereka (menurut sumber tertentu ternyata saudara salah satu siswa adalah seorang wartawan) . Dengan kehadiran para wartawan itu mereka semakin yakin bahwa merekalah yang benar dan sekolah yang salah.

Dalam hal demikian harus dicari win-win solution antara sekolah dengan orang tua murid. Sekolah dan orang tua sama sedikit mengalah untuk mencapai kompromi. Bila tetap saling bersitegang maka siswa yang menjadi korban, apalagi bila terekspos maka goodwil sekolah menurun dan akan berakibat pada pemasaran tamatan dalam kesempatan perekrutan oleh dunia kerja dan usaha.