Rabu, 29 Oktober 2008

SAYONARA JEPANG

Tibalah saatnya kami pulang ke Indonesia setelah 5 hari studi banding di seputaran Tokyo Jepang. Jam 7 pagi kami cek out dari hotel “Crown Plaza” Metropolitan Tokyo dengan diantar bus seian kanko yaitu bus yang menjemput kami pertama kali dating dari Indonesia 5 hari lalu. Ketua rombongan ibu ITA dari Direktorat PMK Jakarta memberikan kenang-kenangan kepada pak sopir bus dan Grace gaet setia sebelum kami masuk ruang tunggu keberangkatan pesawat, sayonara sahabat terima kasih atas bantuan dan segala servise selama kami di Jepang.

Di bandara Narita Jepang kami diperiksa dengan teliti dua kali di pintu pertama surat-surat, dan barang-barang bawaan, kami semua lolos disitu. Kemudian di pintu kedua diperiksa lagi barang barang bawaan beberapa teman bermasalah misalnya tidak boleh bawa korek api, tidak boleh bawa barang cair seperti minuman, kecap saos harus ditinggal, lolos dari situ baru boleh memasukkan bagasi barang bawaan, koper yang berat-berat. Beda banget dengan kalau penerbangan domestic di Indonesia, yang saya kawatir adalah seperti kejadian di film-film yaitu bila tanpa sepengetahuan kita tas koper kita dititipi barang terlarang, trus begitu kita turun dari pesawat tas kita sudah hilang atau tahu-tahu kita ditangkap. Alhamdulillah semua itu tidak terjadi pada teman serombongan kami. Tidak ada hal-hal yang istimewa selama penerbangan semuanya lancar-lancar saja sampai JAL mendarat di Sukarno Hatta Jakarta.
Begitu turun dari JAL jam 8 malam aku bergegas cari tiket ke Surabaya, dapat tiket Garuda ekonomi akupun terbang bersamanya. Untuk Ke Jember masih harus naik bus biasa sekitar 6 jam akhirnya jam 03.00 pagi sampai dirumah Alhamdulillah saya yang pergi dan pulang selamat, dan yang dirumahpun semuanya dalam lindungannya, kamipun berkumpul kembali dengan anak dan istri tercinta.

KUNJUNGAN KE SEKOLAH INDONESIA DI MIGARO JEPANG


Kesan pertama masuk kawasan sekolah ini adalah beda banget dengan sekolah milik Jepang. Sekolah ini sederhana dan tidak beda dengan sekolah kebanyakan di Indonesia. Bahkan dibanding dengan SMK Negeri 1 Jember sekolah dimana saya bekerja dilihat dari fisiknya masih kalah. Sekolah ini bukan sekolah negeri murni sebab bantuan dari pemerintah jarang didapat kalau dapatpun jumlahnya sangat kecil Karena dana bantuan dengan standar uang rupiah bukan standar Yen. Jumlah seluruh siswa TK sampai SMA hanya 76 orang terdiri dari putra-putra warga negara Indonesia yang berdomisili di Jepang, bisnismen, pedagang, pegawai pabrik termasuk putra pejabat keduataan Indonesia di Jepang. Yang membanggakan sekolah ini adalah membawa misi memperkenalkan dan mempertahankan kebudayaan Indonesia bagi anak-anak Indonesia dan bagi warga negara Jepang. Sekolah ini sering kerja sama dengan Kedutaan Indonesia di Jepang dalam misi budaya.

Yang berhasil ditanamkan disini adalah budaya disiplin, kebersamaan, kejujuran . Mengenai kurikulum pembelajaran menggunakan kurikulum 2004 dan kealas 1 kurikulum KTSP seperti di Indonesia. Prestasi akademis Matematika dan Bahasa Indonesia level menengah kebawah, Pelajaran Bahasa Asing Inggris dan Jepang nilainya bagus. Prestasi non akademis banyak diperoleh dari Event lomba tahunan antar sekolah Indonesia di luar negeri sedunia dan event tertentu lomba dengan siswa dari sekolah Jepang. Di Jepang tidak ada kalah dan menang dalam lomba, semua mendapatkan penghargaan. Gurunya kebanyakan orang Indonesia dari jawa barat, jawa tengan dan sumatra, ada satu guru bahasa Inggris dari Australia.

Rata-rata siswa dan guru disekolah ini bisa berkomunikasi menggunakan tiga bahasa yaitu antar teman dari Indonesia berbahasa Indonesia, dengan siswa Jepang mereka berbahasa Jepang, dengan teman siswa dari eropa dan Amerika mereka berbicara dengan bahasa Inggris. Sehabis kunjungan keskolah ini kami makan siang disebuah restoran sederhana dengan menu khas Indonesia (sambel trasi, soto, pecel, gado-gado, rawon). Memang juru masaknya adalah keluarga dari Jogya yang diboyong ke Jepang oleh orang jepang pemilik restoran. Namun Rasa masakan dan ramuan bahan-bahan tidak sama persis dengan di Indonesia hal itu karena ada beberapa bahan bumbu dan bahan masakan sulit didapatkan di Jepang, Kalau belanja di Indonesia barang kali sulit dan mahal biayanya. Dengan makan disini terobatilah kerinduan kami dengan Indonesia khususnya selera makan. Orang-orang yang makan di restoran ini kebanyakan orang Indonesia dan orang Jepang yang umurnya sudah tua-tua.

Kegiatan kunjungan berikutnya masih hari ini kamis 28 Pebruari 2008, adalah ke Nippon Technology Colledge atau Nippon Engineering. Program keahlian disini mempunyai 5 program yakni Creator Music, Information Technologi, Technology, Medical, Sport. Kesan pertama adalah sama waktu ke Institut Of Tourism, alaaa mak megah, luas, rapi, bersih, menarik buanget kampusnya. Mahasiswa belajar di bengkel masing-masisng dibawah bimbingan Dosen. Mahasiswa berkonsultasi secara individual atau kelompok kecil terhadap dosen tertentu bila ada kesulitan. Ada 2 orang mahasiswa dari Indonesia disini asli dari Jakarta mereka ambil program Technologi dan yang satunya Broad cash, sambil kuliah yang hampir selesai dua mahasiswa dari Indonesia ini bekerja untuk tambahan uang kuliah karena bea siswa yang diberikan oleh Pemerintah Jepang pas-pasan.

Bagi siswa Indonesia yang ingin kuliah di Jepang bisa mengajukan bea siswa ke kedutaan Jepang terus di tes utamanya Bahasa Jepang. Saya tanya setelah lulus nanti you kerja di Jepang atau pulang ke Indonesia jawabnya “Terserah pemerintah Jepang, biasanya kerja dulu disini 2 tahun baru boleh pulang”. Bila boleh pilih you pilih mana pulang atau kerja di Jepang, jawabnya “ cari kerja di sini dulu, karena gajinya jauh lebih besar dibanding di Indonesia” Sebetulnya pilihan mahasiswa ini tidak salah karena dia lebih mudah cari pekerjaan di Jepang, tetapi menurut saya bila dia pulang dan mengembangkan menularkan pengetahuan, keahlain dan bakatnya kepada siswa di Indonesia maka hasilnya jauh lebih baik bagi bangsa Indonesia.

Konon di Colledge ini tahun 2007 pernah ditempati lomba Asian skill untuk Technologi tingkat SMK termasuk pesertanya dari Indonesia. Sambil pulang ke hotel kami lihat dari kejahuan Tokyo Tower itu tidak semegah tugu monas, rancangan bangunannya seperti tiang antena milik telkom di Indonesia itu loo, kerangka Tower itu dibuat dari besi dicat merah bata tingginya 333 m dan disekitarnya ada taman sebagai penghias.

Senin, 06 Oktober 2008

ULTAH 19 TAHUN

Oleh Sunyoto, S.Sos.


Tawa dari mulut lucumu
gerak lincah dan manjamu
cemberut merajut dikala marahmu
bersimpuh Patuh tulusmu
itulah masa kecilmu
semuanya membahagiakanku

Angka sembilan belas di kue tarmu
menandai kedewasaanmu
sayang semua itu tak lagi ada padamu
mungkin terlalu tua untuk mengertimu
do’a prihatin sedihku tak mampu
menghaluskan nuranimu

Bagaimanapun Kau tetap sanjungan jiwaku
andai nanti telah habis waktuku
tak bisa lagi membimbingmu
kumau kau berjalan diterangi lima waktu
berharap bahagia dunia akhiratmu

Baratan Jember, 28 September 2007.

Sabtu, 26 Juli 2008

MAUNYA SIH BELANJA SEPUASNYA TETAPI.......

Rabu 27 Pebruari 2008
Kunjungan pertama hari ini adalah ke Tokyo Institute Of Tourism. Kesan pertama begitu masuk halaman Perguruan Tinggi ini waow megah banget, woow luas banget dan berlantai 4 atau 5 dan bersih banget. Selanjutnya kami dibawa oleh panitia yang menerima ke Kafe milik Institute, kita disuguhi minuman kaleng atau botol dingin dan minumnya di halaman luar terbuka tanpa atap didepan kafe itu. Waktu itu sinar matahari sudah tinggi tetapi tidak terasa panas menyengat seperti di Negara kita, mungkin karena matahari tidak tepat ditengah ubun-ubun posisi matahari miring. Ada beberapa Program disekolah ini, Perhotelan, Tour and Travel, Wedding. Konsep sekolah ini adalah melayani kebutuhan pasangan muda Jepang mulai dari pesta pernikahan dan Hony moon tournya.

Uniknya dikelas masing-masing jurusan diseting seperti kondisi pekerjaan sebenarnya. Misalnya Travel dikelasnya diseting seperti kantor travel, Kelas Perhotelan diseting seperti hotel misal bartender, kelas Transportation diseting seperti cabin pesawat, handling barang di bandara, atau diseting bus pariwisata, Wedding diseting seperti salon kecantikan lengkap dengan sebagala pernak perniknya, Kelas Entertain, diseting seperti studio musik dan pertunjukan. Pembelajaran dikelas semuanya berbasis IT lengkap dengan peralatan yang siap pakai dan modern. SMK SBI yang sekarang dirintis di Indonesia menuju seperti itu walaupun sekarang masih sedang harus berjuang keras, sebab dari berbagai segi sekolah di Indonesia belum seperti itu. Ada satu mahasiswa kuliah disini ambil program Business 2 tahun. Anak Sumatra ini keturunan Cina sekolah disini memang orang tuanya cukup kaya mampu dan mendukungnya.

Hari ini kunjungan dilanjutkan ke Pusat perbelanjaan Odaiba, Seperti pusat Perbelanjaan di Ginza, walaupun katanya Grace disini lebih murah dibanding dengan di Ginza, tetap saja masih mahal juga. Bila dibanding dengan harga-harga di Indonesia Contoh tustel digital semacam milik saya di Indonesia seharga Rp 2.300.000, di Jepang Rp 4.000.000,- padahal saya mau beli tustel untuk oleh-oleh, tetapi karena mahal tidak jadi. Pak usman dari Takengon Aceh juga ingin beli Note book untuk putranya juga gagal karena setelah dihitung-hitung lebih baik beli di Jakarta saja. Sudahlah menurut saya belanja di Indonesia itu masih termasuk enak dan murah, memang sih mutu barang yang dijual disini belum tentu Made in Jepang asli alias tembakan. pokoknya Indonesia my country is my love.

Belanja di Asakusa Temple lain lagi, disini khusus menjual souvenir khas Jepang. Harga barang paling murah disini adalah gantungan HP atau Gantuangan kunci seharga Rp 180.000,00 atau 200 Yen. Asakusa Temple adalah tempat ibadah umat Buda, semacam saolin temple di Cina. Disini ada banyak stand peramal, ada air suci yang dipercayai oleh banyak pengunjung dapat memberikan mukjizat, misal sehat bila minum air disitu, ada pula tempat pedupaan besar yang asapnya selalu mengepul dan berbau kemenyan, bila orang berdoa dan mengajukan permohonan bisa terkabul. Bagi saya senang belanja kesitu karena ingin belanja souvenir untuk teman-teman disekolah yang memang banyak sekali standnya untuk itu. Sebetulnya saya ingin sekali minum sake yang dijual bebas disitu, tetapi saya ragu ini termasuk minuman keras apa bukan maka saya tidak jadi beli.

PRAKTEK MEMBUAT BAKSO DI KAMABOKO JEPANG

Pagi ini tanggal 26 Pebruari 2008 hari selasa, kami meneruskan acara kunjungan ke perusahaan ikan kering Kanta Maeda fish Factory di Hokaido Propinsi sizoka.. Perusahaan ini adalah home Industri yang mempekerjakan kurang lebih 25 orang. Mulai dari pekerjaan membersihkan perut dan kotoran ikan, kemudian dikeringkan dalam alemari es besar sampai mengemas siap dijual dan dikonsumsi. Perusahaan ini kecil tetapi bersih dan higynes sekali, tidak bau amis dan tidak ada lalat beterbangan seperti di kebanyakan perusahaan ikan kering di Gresik, puger Jember atau Kraksaan Probolinggo Indonesia.

Kami serombongan setelah melihat-lihat proses pengolahan ikan, kami dipersilakan menuju ruang istirahat atau ruang makan bagi para karyawan perusahaan. Ruangnya tidak terlalu luas karena karyawannya hanya sekitar 25 orang, mereka bekerja dengan etos kerja tinggi dan tidak banyak bicara bahkan tidak bergurau ketika waktunya kerja. Jam 10.00 waktu Jepang mereka beristirahat untuk merokok makan dan minum diruang yang sudah disediakan. Disitu disediakan meja kursi seperti kantin, kami menunggu dipanggangkan ikan kering untuk dicicipi. Saya berfikir rasanya asin seperti ikan kering di Indonesia, eh ternyata salah, rasanya gurih seperti ikan segar bakar dan lezat tidak keras (alot). Pemilik perusahaan menuangkan sendiri minuman green tea hangat untuk kami para tamunya. Bagi yang ingin merokok setelah makan disediakan kamar kecil berukuran 2x3 m tertutup, khusus untuk yang merokok disitu. Sekitar dua jam kami di perusahaan ini, cukup sudah waktu berkunjung, kami berpamitan melanjutkan kunjungan ke tempat tujuan berikutnya.

Sekitar jam 11.00 kami ke Musium bakso Kamaboko. Disitu kami melihat musium pembuatan bakso mulai jaman kerajaan kuno di Jepang membuat bakso dengan peralatan tradisional manual sampai pembuatan bakso secara modern menggunakan mesin. Bentuk penyajian bakso ikan salmon pun bervariasi ada yang seperti bentuk ikan, bentuk bunga, bentuk buah kotak, bentuk bulat lonjong dan lain. Tentu beda kan dengan bakso di Indonesia yang kebanyakan bentuknya bulat seperti bola pimpong atau bola tenis. Warnanyapun ada warna alami coklat muda seperti warna daging, tetapi sekarang warnanya hijau, kuning, merah muda coklat dan lain-lain. Kata Grace gaet kami, baksonya dibuat seperti itu supaya anak-anak lebih suka mengkonsumsi ikan. Untuk membuat bermacam-macam model bakso itu ada cetakan-cetakannya semuanya dari tahun ketahun di musiumkan disitu.

Pada kesempatan berikutnya kami serombongan dipersilakan untuk belajar membuat bakso tradisional bersama para pengunjung umum yang lain, dengan warna alami warna ikan salmon. Pertama kami harus memakai celemek dan penutup rambut dari kertas khusus terus kami semua membasuh tangan dengan air es dingin sekali, terus di keringkan dengan kipas angin khusus. Berikutnya kami siap dimeja kerja dari marmer yang sudah disterilkan, satu meja untuk 10 orang. Dimeja depan masing-masing peserta sudah disediakan alat berupa 1 buah potongan kayu ukuran 4 x 10 x 1 m, sebuah pisau stenlis, i bh bambu sebesar telunjuk atau ibu jari, adonan daging salmon kurang lebih seperempat kg. Instruktur mengajari kami dengan memberi keterangan berbahasa Jepang yang kami tidak tahu apa artinya. Untungnya Instruktur selain bicara juga mempraktekkan cara membuat bakso, kamipun mempraktekkan. Hasilnya ada yang bagus ada yang jelek semuanya kemudian dimasukkan ke ruang atau lemari perebusan. Kedua kami mempraktekkan membuat bakso bakar yang bentuknya lonjong seperti jagung bakar membuatnya menggunakan pisau dan bambu sebagai pegangannya, setelah seelesai membuatnya baksopun dipanggang di pemanggangan listrik.

Hasil kerjaan kita lalu kita makan sendiri-sendiri dan tidak kuatir keliru karena di sticknya ditulis nama kita masing-masing. Sambil menunggu masaknya bakso yang sedang direbus kurang lebih 3 jam – 4 jam kami makan di Rumah makan Kamaboko tidak jauh dari musium itu dengan masakan serba bakso. Di rintik hujan sepanjang trotoar jalanan menuju rumah makan itu, bunga sakura sibunga terkenal di Jepang mulai berbintil-bintil diujung cabang daunnya, kira-kira seminggu sampai tiga minggu atau sebulan akan mulai berbunga. Sampai hari ini aku sudah merasakan panasnya matahari yang tidak terasa terik, merasakan rintik hujan, merasakan dinginnya salju tetapi bukan hujan salju. Kembali lagi ke Kamaboko untuk mengambil hasil kerja pembuatan bakso tradisional untuk sangu pulang ke Hotel.

Namun sebelum itu kami menuju ke Musium Electronik Toshiba, yang awalnya membuat radio sejak 1886, mesin cuci, serta bola lampu sampai sekarang membuat produk elektronik modern untuk berbagai keperluan manusia modern. Dijepang memang banyak sekali musium yang dibangun oleh perusahaan untuk pengetahuan dan jejak sejarah perkembangan perusahaan mulai dari awal usaha sampai masa gemilangnya. Mungkin kalau di Indonesia sekolah yang umurnya sudah puluhan tahun dan sekarang sudah maju saya pikir baik juga dibuat musiumnya, untuk tujuan studi banding dan wisata pendidikan.

Jam 18.00 Kami check in ke hotel ” Crown Plaza” Metropolitan Tokyo. Hotel ini cukup mewah tetapi yah sama seperti hotel berbintang di Jakarta atau di Surabaya. Sebetulnya kakiku sudah pegel banget ingin istirahat tidur, tetapi perut keroncongan minta diisi. Untuk makan malam ini kami berjalan kira-kira satu km. Disitu dirumah makan China. Wow namanya selera makan langsung naik, karena sudah beberapa hari tidak ketemu masakan berselera Indonesia, dirumah makan inilah mirip dengan masakan di Indonesia, beberapa menu yang dihidangkan langsung diserbu habis oleh kami kenyang dan puuuas deh, tidak seperti hari sebelumnya hanya kenyang tetapi kurang puas. Habis itu kamipun dipesan oleh Grace kalau mau acara bebas boleh awas pulangnya jangan nyasar. Aku bertiga dengan pak Jamudin dari Jakarta, dan Pak Syaiful Amuda dari SMK Negeri 2 Gorontalo terpisah dengan teman yang lain. Sebetulnya tidak jauh dan sebetulnya kami sudah membawa kartu nama hotel.

Tetapi karena yang tanya dan yang ditanya sama-sama tidak nyambung komunikasinya maka keliru terus. Kebanyakan orang Jepang hanya bisa berbahasa Jepang dan kami bertiga hanya bisa bahasa Indonesia dan sedikit Inggris, yah jadinya tidak nyambung. Kami bertiga bolak balik melewati jalan yang sama, keluar masuk stasiun kereta bawah tanah, mau naik kereta takut semakin jauh tersesat sampai aku kepayahan. ”Sudahlah kita naik taksi saja ” kataku pada ketiga temanku. Merekapun menurut naik taksi baru lima menit eh sudah sampai, terpaksa deh bayar 1000 yen tarif minimal, tak apalah yang penting sampai dan segera istirahat tidur. Sampai di hotel tempat kami menginap malam ini mandi dan berendam di air hangat, semprot pakai sower untuk pijat refleksi, sambil mencarge kamera saya pijat kaki sendiri pakai bokashi barulah tidur.

Sabtu, 07 Juni 2008

HARI KETIGA DI JEPANG.

Senin 25 Pebruari 2008 setelah sholat subuh, aku sedikit panik karena uang di amplop tidak kutemukan, jangan-jangan tertinggal di toko buah Hanamasa kemarin waktu belanja minuman. Kontan semua tas kubongkar isinya, lalu…. plong ternyata ada di tas hitam yang kemarin saya bawa. Akupun segera mandi kemudian makan pagi di restoran hotel, menunya bubur jagung, sub asparagus, kentang goreng, supaya lebih kenyang tambah roti, buah.dan orange jus, terus siap-siap chek out dari Grand New Hotel di Hamamatsu, meneruskan perjalanan.
Bus Seian Kanko membawa kami serombongan ke Godo Solution perusahaan yang bergerak dibidang IT perancangan permesinan. Produknya antara lain dipesan oleh Yamaha, Honda dan Nissan. Disini pegawai bekerja membuat design dalam ruangan kecil berisi 6 orang. Perusahaan ini efisiensi tenaga kerja dan etos kerja dan disiplin karyawan disitu sangat tinggi, andai di Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan dan kantor Pemerintah seperti ini, maka Indonesia tentu sudah maju. Diperusahaan ini SMK Negeri 1 Jember memberi souvenir beruba kerjinan kayu patung sepeda kayu kecil.
Selama perjalanan Grace bercerita bahwa Tarif Tol itu sangat mahal sehingga biaya untuk taxi dan kendaraan pribadi juga mahal kalau dari bandara menuju kota yang murah adalah naik bis umum, tidak ada angkot lo disini. Penduduk Jepang diharuskan ikut asuransi kesehatan dan kartunya berlaku sebagai ID cart gantinya KTP. Pedagang, petani, pegawai swasta juga membayar uang dana pensiun sampai umur 60 th rata-rata 13000 yen per bulan. Ketika umur 61 tahun mendapat uang pensiun kurang lebih 30.000 Yen per bulan.
Pendapatan penduduk missal sopir bus yang kami tumpangi 1 th 6 juta yen, pembantu rumah tangga 12.000 yen per hari dengan jam kerja 7 pagi -11 malam. Pokoknya disana gajinya bisa 7 kali lipat dibanding dengan di Indonesia. Masih menurut Grace, makanan dan lingkungan di Jepang sangat dijaga kesehatanya, tidak ada lalat beterbangan di restoran atau ditempat sampah ditepi jalan sekalipun karena sampah dikumpulkan di tempat tertentu dibungkus tas atau karung plastik secara rapi yang pada gilirannya di angkut truk saqmpah dibawa ketempat pembakaran sampah berupa gedung tertutup dan kelihatan bersuh. Pemerintah tidak mau penduduknya banyak yang sakit sehingga kebersihan dan kesehatan sangat dijaga.. Jalan-jalan disana tidak pernah banjir dan selalu bersih.
Jam 01.20 waktu Jepang kami sampai Rumah Makan Sakura di Fujikawa. Disini waktu itu udara -2° sampai 3°, biasalah makan hari ini menu makanan Jepang, yang penting kenyang, stamina bugar untuk meneruskan perjalanan ke Gunung Fuji atau Fujiyama yang terkenal itu loo. Kata Grace kita sedang mujur hari itu karena Fujiyama begitu kelihatan detailnya dari kejauhan sekalipun. Semakin dekat semakin mempesona. Ketika pintu level ketinggian gunung yang sudah kita lewati subhanallah walhamdulillah hamparan salju putih bertebar diseluruh permukaan hutan disela-sela pepohonan yang sebagian besar daunnya meranggas sungguh pengalaman baru yang sangat berkesan bagi saya. Kalau malam jalanan beraspal halus mulus menuju puncak Fujiyama itu tertutup salju, kemudian menjelang pagi di bersihkan oleh petugas menggunakan kendaraan pemecah dan pembersih saju. Akhirnya bus kami berhenti sampai level 5 dari keseluruhan level 7 apa sembilan. Kami tidak diperkenankan menuju lebih tinggi lagi dan pintu level ketinggian ditututp pada level 5. Disini kami berfoto-foto dan bermain salju dan kucoba jilat salju seperti apa sih rasanya, eh ternyata segar seperti air tawar dengan. Salju itu kalau dipegang sekilas tidak tersa dingin, tetapi setelah meulai mencair duingin sekali. Setelah puas kamipun masuk di bus rasanya lebih dingin dari pada ketika main disalju tadi, untung di bus itu suhu sudah diatur bila dingin suhu dipanaskan bila panas didinginkan. Keindahan Fujiyama adalah saat musim salju dan musim bunga nah aku kesana saat musim salju subhanallah alhamdilillah Allah kau beri kesempatan aku melihat kebesaranmu disini. Sayang waktu pulang segera tiba kamipun meluncur turun gunung dengan perasaan puas menuju musium bebatuan perhiasan. Harganya wow mahal bagi ukuran kantong kita, tetapi bagi ibu-ibu ada juga yang belanja disana. Ada yang murah batu kecil warna warni segenggam 1000 yen. Karena aku yang paling besar geggamannya maka semua teman minta bantuanku untuk mengambil segenggam demi segeggam untuk dibeli. Aku sendiri membeli hiasan dinding lukisan kecil dari batu berharga itu seharga 1200 yen dan gelang batu untuk memperlancar peradaran darah.
Pelancongan hari ini diakhir dengan menginap di Hotel Sansuiso dekat danau kawagichi di Fujikawa. Yang unik disini adalah ketika makan malam kami serombongan memakai pakaian Yukata layaknya orang jepang tradisional dan hotelnya, pintunya, lantainya tempat tidur tikarnya, kasur dan selimut tebalnya tradisonal Jepang banget. Sebetulnya malam itu kami harusnya tidur pulas karena perjalanan seharian penat sekali . Namun udara dingin sekali membuatku sulit tidur nyenyak walaupun sudah berpakai berlapis-lapis dan berselimut tebal.Bangun pagi masih penat dan mengantuk, aku dan teman-teman melihat panorama kawaguchi dari pelataran hotel sebelum kita melanjutkan perjalanan.

BANDARA NARITA – TOKYO

Minggu 24 Pebruari 2008 kami serombongan dijemput Ny. Grace Tanaka gaet kami selama di Jepang. Dia kelahiran betawi tetapi mungkin keturunan Jepang (Pendalungan) Ibu Grace fasih sekali bahasa Indonesianya dan banyak tahu tentang Indonesia. Sebetulnya sih pagi ini saya lelah, payah, mengantuk karena semalaman mengudara, tetapi jadwal Tour sudah diatur. Pagi itu kami dari Bandara Narita naik bis wisata menuju ke Ginza Pusat Perbelanjaan. Sepanjang perjalanan kami lewat jalan tol, jalan layang, jalan pegunungan, banyak jalan terowongan dan tidak ada orang berjalan atau bersepeda motor, jalanan sepi seperti kota mati. Rumah-rumah penduduk yang kita lewati tutup semua karena laki perempuan kerja di pusat-pusat kerja. Orang Jepang laki dan wanitanya semuanya kerja, kalau ada yang tidak kerja itu biasanya karena orangnya bodoh sehingga tidak diterima kerja bekerja. Ketika itu musim dingin, rerumputan, pepohonan, bunga sakura yang kesohor itu kering dan meranggas daunnya, kecuali tanaman green tea yang memang dipelihara. Kebun green tea di kiri kanan jalan di Propinsi Sizoka kelihatan hijau, dipotong dengan rapi dan berpetak-petak, indah sekali, seperti di puncak Kota Bandung bedanya di Sizoka dipetak-petak green tea itu dipasang kipas angin cukup banyak, supaya daunnya tidak rusak karena tertempel salju
Perjalanan 3 jam, kami sampai di Ginza, bis parkir hanya menurunkan kami, lalu harus pergi parkir di tempat yang boleh parkir lama. Semua yang terlihat adalah gedung bertingkat (mall), tetapi kotanya lebih hidup masih ada orang berjalan dan bersepeda engkol di trotoar. Pagi itu angin begitu kencang dan dingin sekali sehingga semua orang yang lewat disitu mulutnya berasap bila berbicara. Mereka memakai pakaian tebal, tutup kepala, sarung tangan dan sal begitu juga kami, pada hal matahari sedang terik. Setelah diberi petunjuk Oleh bu Grace maka kamipun dipersilahkan berjalan berkelompok kesil 3-4 orang untuk melihat-lihat ke mal-mal sampai jam 11.00 berkumpul kembali di Rumah makan Hanamasa. Setiap kita lewat didepan toko pelayan selalu mengangguk dalam-dalam sambil berkata dalam bahasa Jepang “selamat datang terima kasih”. Barang yang diperdagangkan sama dengan di Jakarta atau kota lain di Indonesia tetapi kebanyakan memang asli Jepang, sehingga harganya mahal. Misal harga tustel digital yang di Indonesia harganya Rp 2.500.000,00 di Jepang Rp 3-4 juta. Disana harga sudah standar jadi tidak ada tawar menawar, gantungan kunci saja kalau di Indonesia Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu dapat kalau di Jepang antara 250 – 500 Yen 1 Yen Rp 85,-
Saya tidak biasa jalan jauh sampai kurang lebih 3-4 Km hari itu, dan kakiku yang memang sudah cacat, tidak bisa jalan cepat, selalu tertinggal dibelakang dan teman selalu harus sabar menunggu beberapa saat. Di Jepang orang harus banyak jalan karena mobil tidak boleh parkir disembarang tempat yang kita inginkan, enak di Indonesia kan boleh berkendara sampai didepan persis tempat yang kita tuju.. Dalam perjalanan kembali ke Rumah makan Hanamasa, sempat kulihat bahwa di trotoar itu ada bangunan-bangunan kecil ternyata itu adalah jalan untuk naik kereta api bawah tanah. Jalanan tetap kelihatan bersih padahal tidak ada pasukan kuning lalu lintas tertib dan lancar pada hal tidak ada polisi lalulintas.
Jam 11.00 – 12.00 menikmati makan siang di Rumah makan Hanamasa. Di sini orang harus disiplin jadwal waktu, tempat duduk, aturan makan harus diikuti, misal makanan yang sudah diambil harus dihabiskan kalau tidak dicas, didenda atau kalau lewat waktu tidak jadi makan. Di masing-masing meja ada tungku listrik untuk membakar ikan, boleh pilih dari bermacam ikan atau daging yang sudah diiris tipis dan boleh makan minum sekenyangnya pokok dihabiskan. Sayang tidak ada menu sambel yang ada hanya sub, kecap, lalapan, saus, merica, pasta, nasinya pulen uenak banget bu Grace bilang beras Jepang harganya 700 yen per Kg, paling enak sedunia putih mengkilat wangi. Aah apa iya di Indonesia beras bali, beras Jawa barat juga enak komentarku. Menu lain tidak saya kenal dan tidak saya cicipi. Berapa harga masakan disitu tidak tahu karena semuanya dibayar oleh ITC Tour.
Kenyang sudah, kamipun meneruskan perjalanan menuju Grand New Otori Hotel di Hamamatsu Propinsi Sizoka. Perjalanan ini memerlukan waktu 5 jam dan ternyata jalan yang telah dilewati kemarin., si Grace masih tetap bercerita sepanjang perjalanan tentang Jepang tetapi karena kondisi lelah akupun tertidur di bis yang terus melaju. Sampai di hotel jam 17.30 waktu Jepang langsung tidur, 2 jam kemudian aku dan pak Usman teman sekamar dari SMK Takengon, bangun untuk makan malam sebentar kemudian tidur lagi dikasur bursa empuk sama dengan dihotel bintang di Indonesia.

Sabtu, 15 Maret 2008

STUDY BANDING DAN WISATA 1

Sekali-kali melihat kehebatan Negara lain itu juga perlu. Sebab dengan demikian dapat memetik pengalaman, bisa membandingkan hal-hal positif, syukur-syukur bisa diterapkan untuk kemajuan di negeri sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut kalau anda pernah membaca tulisan saya dimedia ini sebelumnya yang berjudul Episode Ujian Kesabaran dimana aku harus kecewa dan malu karena gagal berangkat ke Jepang, nah sekarang ini tidak, saya benar-benar berkunjung ke Negeri Matahari terbit itu.
Tanggal 23 Peb 2008 jam 22.10 WIB, kami terbang ke Jepang bersama JAL 726 kelas ekonomi, dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Serombongan 22 orang terdiri dari 1 orang Tour Leader dari ITC Tour Jakarta, 17 orang Kepala SMK SBI dari berbagai Propinsi di Indonesia, 4 orang staf Depdiknas Jakarta. Perjalanan selama 8 jam, sebagian besar waktu dimanfaatkan untuk tidur, karena payah dan suasana diluar gelap. Hanya sayap pesawat yang kelihatan dari sinar lampu disayap pesawat itu sendiri. Sesekali terbangun melihat TV kecil yang dipasang disetiap bagian belakang sandaran kursi sambil menikmati hidangan dan nyetel video. Selama penerbangan ada jatah 2x minum, 2x snack, 1x makan malam yang dihidangkan gratis oleh Pramugari-2 cantik asli jepang. Mereka rata-rata tinggi semampai sama seperti pramugari Indonesia. Pramugari itu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dan Jepang, pilotpun dalam memberi info juga dalam bahasa Jepang dan Inggris. Menu minuman boleh pilih jus apel, orange jus, water, sof drink yang menghangatkan, coffee, green tea. Menu makan ada dua pilihan ayam dan ikan laut.
Pesawat JAL ini menurut saya cukup besar, kelasnya terbagi 3 yaitu paling depan kelas Ekskutif kira-kira 30 kursi, kelas Bisnis kira-kira 180 kursi, Kelas ekonomi kira-kira 180 kursi. Tarif kelas ekonomi waktu itu USD 427 x Rp 9300 = Rp 3.971.100,00, airport Tax & Flight Insurance di Jepang USD 233.50 x Rp 9300 = Rp 2.171.550,00
Minggu 24 Pebruari 2008 jam 07.20 pagi waktu Jepang atau jam 05.20 Waktu Indonesia kami mendarat di Bandara Narita Jepang ada sedikit tidak nyaman karena ketika pesawat akan landing angin begitu besar sehingga terasa berguncang seperti bis berjalan di jalanan bergelombang dan berlubang, hanya sebentar kemudian pesawat bisa landing dengan baik. Kami serombongan menuju kepintu keluar ngantri satu-satu dengan tertib diperiksa oleh petugas bandara dengan sangat teliti sebelum keluar dari bandara. Masing-masing memerlukan waktu 10-15 menit, sepertinya setiap yang masuk Jepang lewat jalan udara harus difoto otomatis saat pemeriksaan itu. Ketika semuanya sudah beres kami serombongan keluar, sudah dijemput oleh guide yang dipersiapkan oleh ITC Travel Ny. Grece Tanaka. Kesan pertama ketika diluar bandara, angin menerpa cukup keras, dingin, bersih tidak ada debu beterbangan. Cerita selanjutnya tunggu ya di tulisan berikutnya, sebetulnya ingin saya menayangkan fotonya tetapi ilmunya belum sampai situ, sabar ya.

SISI LAIN SKILL OLYMPIC SMK 2007

26-29 Nopember 2007 digelar skill Olympic SMK di Kabupaten Jember. SMK Negeri 1 jember adalah salah satu tempat lomba itu. Tiga bulan sudah kami menyiapkan segala sesuatunya dan tak hentinya do’a mohon bimbingan dan petunjuk Nya agar semuanya berjalan dengan sukses. Koordinasi dengan Pemerintah Propinsi, pemerintah Kabupaten selalu kami lakukan. Acara ini digelar bertepatan dengan acara Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ) tahun 2007. Kalau rata-rata satu sekolah mengirim kontingen dan guru pembimbing 20 orang, kalau 50 sekolah berarti 1000 orang yang bertamu ke Jember ke SMK Negeri 1 saja. Belum yang ke SMKN 3, SMKN 2, SMKN 4, SMKN 1 Sukorambi. Yah total tamu yang berkunjung ke Jember waktu itu antara 3000 sampai 3500 orang. Semua hotel mulai dari yang elite sampai kelas sederhana dan penginapan di Jember habis di booking, bahkan ada beberapa kontingen yang ngontrak rumah tinggal milik penduduk selama tiga hari di Jember.Pedagang makanan mulai dari setingkat restoran, lesehan, kaki lima, warung kecil, penjual souvenir dan oleh-oleh, pom bensin, angkot, siswa dilibatkan dalam kegiatan praktek wirausaha kantin, souvenir, peliputan, pokoknya masyarakat jember banyak diuntungkan dari perhelatan ini.
Moto kami sebagai tuan rumah adalah tamu datang kami sambut dengan senang tamu pulang harus dengan perasaan senang. Kiat kami sebagai tuan rumah adalah memaksimalkan pelayanan dan informasi kepada semua tamu yang datang. Memang sih anggarannya cukup besar dikeluarkan dari kocek Komite Sekolah sendiri, kocek PEMDA Kab Jember, PEMDA Prop Jawa Timur, Paguyuban Kepala SMK sejawa Timur, MKKS SMK Negeri Kab. Jember, Kocek SMK Peserta lomba, tetapi karena kegiatan ini membawa misi yang cukup berarti bagi SMK (Promosi, Prestasi ketrampilan siswa, Seleksi untuk LKS tingkat Nasional) maka semuanya memang harus diperjuangkan.
Karena ridho, petunjuk dan bimbingan Nya penyelenggaraan sukses luar biasa melebihi penyelenggaraan sebelum-sebelumnya. Yang lebih mengharukan dan membanggakan adalah kekompakan, celoteh dan gurauan yang sangat mengesankan dari warga SMKN1 dikala penat dan lelah, menjadikan TIM Work warga SMKN 1 Jember benar-benar solid, thank for all my friends. Para Petinggi Pendidikan Menengah Kejuruan Jawa Timur, Drektur Dikmenjur Jakarta, Petinggi pemerintah Kabupaten Jember dan para kontingen dari seluruh kabupaten di Jawa Timur menyatakan puas, ini adalah kado terindah bagi kami. Akhirnya semua kontingan harus pulang, lampu-lampu besar sudah dimatikan, tenda mulai dikosongkan, arena lomba sudah sepi, sambil duduk-duduk melepas lelah terlintas difikiran subhanallah wal hamdulillah “ semua ini terjadi dibawah kendali dan kehendakmu ya Allah” Kami bersyukur tiga hari yang menegangkan sudah berlalu meninggalkan kenangan manis dan tak terlupakan.

Sabtu, 08 Maret 2008

EPISODE UJIAN KESABARAN

14 – 19 Nopember 2007, 170 kepala SMK SBI se Indonesia termasuk aku dan puluhan Kadin Pendidikan Kabupaten dapat tugas studi banding dan menyaksikan World Skills Competition Shizuoka 2007 di Jepang. Pada moment ini siswa SMK pemenang Lomba Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional 2006 ikut berlaga disana. Seminggu sebelum berangkat sudah ijin kepada pak Kadin Pendidikan Kab Jember selaku atasan saya, teman-teman guru sudah pesen-pesen minta oleh-oleh, saudara-saudara banyak yang mengetahui dan mengucapkan selamat jalan. Tak bisa kusembunyikan perasaan bangga dan senang luar biasa, yakin aku berangkat. Eh maaf norak ya, maklumlah belum pernah pergi keluar negeri.
Apa yang terjadi jika ternyata Gatot (gagal total), ya tentu jengkel dan malu kan. Memang manusia boleh berencana tetapi Allah yang maha menentukan, Allah maha mengetahui apa yang terbaik bagi umatnya. Aku serta 26 orang kepala SMK SBI yang lain gagal berangkat karena alasan yang tidak jelas. Dua hari harap-harap cemas menanti kepastian dihotel bandara Soekarno Hatta Jakarta, rasanya gerah walau AC nya begitu dingin. Kecewa, marah, malu ketika teman sekamarku Pak Marwoto dari Yogyakarta berpamitan bording segera ke pesawat menuju Jepang. kami berpelukan sambil saling menepuk-nepuk punggung, Pak Marwoto bilang “ sing sabar yo pak, kabeh iku ono hikmahe aku budal disik“ hanya mengangguk dan tersenyum kecut aku tak kuasa berkata-kata semuanya tertahan ditenggorakan. Kutelepon personil ITC Tour tidak ada jawab, via sms kutumpahkan seluruh sumpah serapah, untung si Gusmar sudah berangkat ke Jepang, jadi dia tidak tahu kalau aku berkata-kata kasar padanya. Sendirian dikamar hotel mewah itu, aku merenung setelah solat tahajud. Harus sabar, harus berfikir positif, semua pasti ada hikmahnya. Allah maha mengatur, dan keputusannya tidak pernah keliru, kata-kata itu kuucap berulang kali, sampai akirnya tertidur.
Ketika mata hari menebar sinar hangat esok hari menerobos masuk lewat kelambu tipis jendela hotel, fikiran sudah bening aku bergegas sarapan pagi terus pergi ke Direktorat Dikmenjur di senayan lantai 13 gedung E Jakarta Pusat untuk bertemu Pak Direktur. Semua 26 orang yang gagal berangkat ke Jepang hari itu juga sudah kumpul mohon kejelasan dan surat pembatalan tugas untuk dipertanggung jawabkan pada Pak Kepala Dinas Pendidikan di Kabupaten masisng-masing. Sebagai obat hati Pak Direktur berjanji akan memberangkatkan kami bulan Pebruari 2008 dalam study banding and tour.
Itulah barang kali yang terbaik, keputusan Allah melalui Pak Direktur Dikmenjur. Hari itu juga. aku harus segera pulang ke Jember. Tugas sebagai tuan rumah Skill Olympic SMK tingkat Jawa Timur di SMK Negeri 1 Jember menantiku, sukses tidaknya adalah tanggung jawabku. Anggap sajalah ini suatu ujian kesabaran dari Nya.

Kamis, 06 Maret 2008

SEBENTUK KASIH SAYANG

Yang paling mengesankan sekaligus membahagiakanku sebagai penggembala domba ketika aku masih kelas 4-6 SD di desa Dongko adalah ketika kambing pemberian bapakku beranak dua ekor. Kasih sayangku kepada dua ekor anaknya yang lincah dan lucu begitu mendalam. Mereka menggemaskan berjingkrak-jingkrak berkejaran, berlarian sambil mengembik-embik dengan suaranya yang khas lalu menyusu pada induknya sambil menggerakkan ekor kecilnya. Saking kuatnya mereka menyusu sampai-sampai kedua kaki belakang induknya terangkat-angkat. Induk domba melayani dengan sabar dan penuh kasih sayang, menjilati tubuh kedua anaknya yang berbulu putih mengkilat. Memperhatikan semua itu bahagia sekali rasa hatiku.
Manakala aku malas menyabit rumput dan tidak bisa menggembalakan kepadang rumput karena musim hujan, kambing-kambingku mengembik-embik dikandangnya semua kelaparan. Trenyuh mendengarnya, merasa bersalah kenapa tidak menyediakan makanan yang cukup bagi mereka. Kalau sudah begitu aku dimarahi oleh pakde Adi karena beliau yang akhirnya harus mencarikan daun nangka, daun lamtoro dipekarangan disekitar rumah, sementara aku namanya juga anak-anak bisanya menangis dengan penuh penyesalan.
Yang paling menegangkan adalah ketika ketahuan bahwa Induk domba pertamaku itu ternyata sisi dalam ekornya yang gemuk itu membusuk dimakan belatung laah mengerikan kan ?. Seharusnya sehari atau dua hari setelah melahirkan, induk domba harus dimandikan sehingga bekas darah dan air ketuban tidak dimakan lalat dan menyebabkan luka. Perhattanku fokus pada anak-anaknya saja sehingga terjadi seperti itu.
Didesa tidak ada dokter hewan, kata tetangga obatnya adalah tembakau direndam dalam minyak tanah dicampur jelaga dibalurkan kelukanya kemudian dibungkus. Setiap pagi atau siang aku dan pakde Adi dengan hati-hati dan penuh kasih sayang memberi obat dan mengganti pembalutnya. Induk itupun mengenduskan kepalanya ketanganku ketika kami memeriksa bila ada belatungnya di ambil pakai lidi sampai akhirnya sembuh. Dua tahun waktu berlalu dombaku semakin banyak beranak pinak dan semuanya berakhir ketika tiba saatnya aku melanjutkan sekolah SMP di kota Trenggalek, episode kasih sayangku dengan domba piaraanku masih tetap terekam dimemoriku sampai sekarang.

Senin, 03 Maret 2008

BLANK

Pagi ini otak sedang kosong tidak ada ide. Pada hal aku ingin sekali menulis sesuatu untuk dimuat di blog saya yang baru. Kemarin Pak Riadi teman saya mengajari membuat blog itu di sekolah. Saya sudah janji padanya bila sampai dirumah akan mencoba menulis sesuatu untuk mengisi blok itu. Tetapi apa yang terjadi ternyata sampai pagi ini masih blank belum ada bahan yang siap untuk ditulis. Yah akhirnya kebingungan saya ini sajalah yang saya tulis.