Yang paling mengesankan sekaligus membahagiakanku sebagai penggembala domba ketika aku masih kelas 4-6 SD di desa Dongko adalah ketika kambing pemberian bapakku beranak dua ekor. Kasih sayangku kepada dua ekor anaknya yang lincah dan lucu begitu mendalam. Mereka menggemaskan berjingkrak-jingkrak berkejaran, berlarian sambil mengembik-embik dengan suaranya yang khas lalu menyusu pada induknya sambil menggerakkan ekor kecilnya. Saking kuatnya mereka menyusu sampai-sampai kedua kaki belakang induknya terangkat-angkat. Induk domba melayani dengan sabar dan penuh kasih sayang, menjilati tubuh kedua anaknya yang berbulu putih mengkilat. Memperhatikan semua itu bahagia sekali rasa hatiku.
Manakala aku malas menyabit rumput dan tidak bisa menggembalakan kepadang rumput karena musim hujan, kambing-kambingku mengembik-embik dikandangnya semua kelaparan. Trenyuh mendengarnya, merasa bersalah kenapa tidak menyediakan makanan yang cukup bagi mereka. Kalau sudah begitu aku dimarahi oleh pakde Adi karena beliau yang akhirnya harus mencarikan daun nangka, daun lamtoro dipekarangan disekitar rumah, sementara aku namanya juga anak-anak bisanya menangis dengan penuh penyesalan.
Yang paling menegangkan adalah ketika ketahuan bahwa Induk domba pertamaku itu ternyata sisi dalam ekornya yang gemuk itu membusuk dimakan belatung laah mengerikan kan ?. Seharusnya sehari atau dua hari setelah melahirkan, induk domba harus dimandikan sehingga bekas darah dan air ketuban tidak dimakan lalat dan menyebabkan luka. Perhattanku fokus pada anak-anaknya saja sehingga terjadi seperti itu.
Didesa tidak ada dokter hewan, kata tetangga obatnya adalah tembakau direndam dalam minyak tanah dicampur jelaga dibalurkan kelukanya kemudian dibungkus. Setiap pagi atau siang aku dan pakde Adi dengan hati-hati dan penuh kasih sayang memberi obat dan mengganti pembalutnya. Induk itupun mengenduskan kepalanya ketanganku ketika kami memeriksa bila ada belatungnya di ambil pakai lidi sampai akhirnya sembuh. Dua tahun waktu berlalu dombaku semakin banyak beranak pinak dan semuanya berakhir ketika tiba saatnya aku melanjutkan sekolah SMP di kota Trenggalek, episode kasih sayangku dengan domba piaraanku masih tetap terekam dimemoriku sampai sekarang.
Kamis, 06 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Yach... Cukup Bagus Cerita Masa Kecil Bapak, dan Alur ceritanya mudah di mnegerti oleh Pembaca
smoga "kasih sayang" bapak, terus diamalkan untuk alam dan isinya.
amin
Posting Komentar