Beliau adalah sosok yang sederhana, bekerja keras, tanggung jawab dan guru mengaji anak saya. Kesehariannya kalau pagi bertani disawah, mulai dari menanam, mengairi, memupuk menyiangi rumput sampai panen dia sendiri yang mengerjakan artinya beliau terjun langsung dalam penanganan usaha taninya mulai a sampai z. Ya tentu saja ada orang lain yang direkrut ketika saat-saat di perlukan. Tidak seperti saya yang pernah mencoba bertani tetapi tidak terjun langsung menangani istilahnya kalau saya hanya menyertakan modal. Kalau pak Ali tidak beliaunya total bertani.
Kalau sore hari mulai dari jam dua siang sudah berkeliling mengayuh sepedah onta bututnya ke rumah-rumah memberi les privat (mulang muruk) mengaji al Qur'an. Muridnya banyak tidak kurang dari 16 rumah dengan jadwal hari dan jam berbeda-beda, dari segala umur biasanya dari kalangan sosial menengah keatas, ada dosen, guru, kepala sekolah, ibu rumah tangga siswa, mahasiswa, padahal beliau bahasa Indonesianya kurang bisa. Sehingga kalau kata sulit di bahasa Indonesiakan dia katakan dengan bahasa Madura. Selain mengaji belaiau juga mengajari solat, dan komplit deh. Bayarannya terserah tidak mau menyebut dan kalau diberi uang tidak mau mengatakan bahwa itu gaji tetapi dia menyebut sodakoh ya antara Rp 25000 sampai Rp100.000 per bulan setiap rumah.
Sambil mengajar beliau menawarkan beras hasil sawahnya kepada rumah kenalan atau tetangga murid-muridnya dengan harga sama dengan harga beras ditoko eceran. Kepada yang pesan langsung diantar naik sepedah untanya itu. Ketika saya sarankan supaya beli sepeda motor jawabnya dia tidak suka naik spedah motor karena takut.
Intinya beliau hidup sederhana, cukup sandang, papan, pangan menurut ukuran beliau, dengan bekerja keras dan berdoa dia merasa berkecukupan dalam hidupnya.
Kalau sore hari mulai dari jam dua siang sudah berkeliling mengayuh sepedah onta bututnya ke rumah-rumah memberi les privat (mulang muruk) mengaji al Qur'an. Muridnya banyak tidak kurang dari 16 rumah dengan jadwal hari dan jam berbeda-beda, dari segala umur biasanya dari kalangan sosial menengah keatas, ada dosen, guru, kepala sekolah, ibu rumah tangga siswa, mahasiswa, padahal beliau bahasa Indonesianya kurang bisa. Sehingga kalau kata sulit di bahasa Indonesiakan dia katakan dengan bahasa Madura. Selain mengaji belaiau juga mengajari solat, dan komplit deh. Bayarannya terserah tidak mau menyebut dan kalau diberi uang tidak mau mengatakan bahwa itu gaji tetapi dia menyebut sodakoh ya antara Rp 25000 sampai Rp100.000 per bulan setiap rumah.
Sambil mengajar beliau menawarkan beras hasil sawahnya kepada rumah kenalan atau tetangga murid-muridnya dengan harga sama dengan harga beras ditoko eceran. Kepada yang pesan langsung diantar naik sepedah untanya itu. Ketika saya sarankan supaya beli sepeda motor jawabnya dia tidak suka naik spedah motor karena takut.
Intinya beliau hidup sederhana, cukup sandang, papan, pangan menurut ukuran beliau, dengan bekerja keras dan berdoa dia merasa berkecukupan dalam hidupnya.