Peringatan maulid Nabi Muhammad Saw di suatu masjid komplek perumahan, malam itu digelar dengan sukses. Hadirin yang hadir cukup banyak, hampir semua kursi yang disediakan terisi . Sayang, perbandingan hadirin bapak-bapak hanya 35% sementara ibu-ibu 65% padahal ini adalah pengjian umum bukan pengajian khusus ibu-ibu. Benarkah bahwa sekarang penduduk wanita memang lebih besar dari laki-laki.
Pembicara yang dihadirkan saat itu adalah Drs. K.H. Abdullah Samsul Arifin,MHI mengatakan bahwa memperingati maulid Nabi sebetulnya bukanlah ibadah, hanyalah merupakan tradisi atau adat yang pada jamannya Nabi tidak pernah dilakukan. Namun bila dilaksanakan oleh umat Islam sekarang bernilai ibadah atau tidak, tergantung isi dari peringatan itu sendiri.
Kegiatan maulid tujuannya adalah untuk menghadirkan sosok nabi Muhammad dalam kehidupan keseharian umat Islam yang sekarang mulai melupakan tuntunannya. Peringatan maulid adalah penyeimbang informasi jaman sekarang yang luar biasa mempengaruhi kehidupan manusia. Coba direnungkan betapa sedikitnya informasi yang sampai ke telinga, kemata kefikiran kita tentang review ketauladanan Nabi Muhammad SAW dibanding dengan informasi lainnya. sangat tidak seimbang.
Inti kegiatan maulid sebetulnya adalah membaca dibak yang isinya riwayat Nabi Muhammad. Oleh karena itu ketika membaca dibak harus mengerti maknanya, harus diterjemahkan, jangan hanya terfokus pada lagunya saja, agar peringatan itu menjadi bermakna ibadah. Salah satu tauladan Nabi adalah hidup sederhana. Nabi Muhammad itu dulu sudah biasa makan 3 hari sekali. Nabi bukannya tidak mampu untuk mejadi kaya, kalau dia mau memohon kepada Allah apa sulitnya, Nabi adalah Kekasih Allah. Beliau hidup sederhana untuk memberi tauladan agar manusia pandai bersyukur. Dengan bersyukur manusia akan dapat menemukan kebahagian atau kesejahteraan. Sebetulnya Allah memang menciptakan kemiskinan dan kekayaan agar dunia ini dinamis berputar. Adilnya Allah adalah memberikan kebahagian kepada kedua-duanya si miskin maupun si kaya sesuai dengan amal ibadahnya. Orang serba kecukupan masih korupsi, orang miskin menipu atau mencuri karena apa, karena lupa mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Mampukah kita dijaman arus informasi global sekarang ini menghadirkan sosok Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan keseharian diri kita, dikeluarga kita, dilingkungan kita, di negara kita , tergantung pada masing-masing kita, mau tidak hidup sejahtera dan bahagia.